Wawasan Kepemiluan

Literasi Digital dan Penanggulangan Informasi Negatif tentang Kepemiluan: Upaya Membangun Ruang Publik yang Sehat

Pada era keterbukan informasi, berita dan informasi tentang kepemiluan dapat menyebar sangat cepat, baik melalui media sosial maupun platform berita. Akan Tetapi, penyebaran informasi yang sangat cepat tidak berbanding lurus dengan akurasi dan data yang terkandung di dalamnya. Sering kita jumpai berita hoaks dan menyesatkan yang tersebar di media digital. Hal ini dapat  berdampak pada persepsi publik terhadap proses pemilu. Di sinilah peran literasi digital menjadi kunci penting untuk menanggulangi dampak buruk dari arus informasi tersebut.

Pentingnya Literasi Digital dalam Kepemiluan

Literasi digital bukan hanya terkait pemahaman tentang penggunaan dan akses terhadap ruang digital. Namun, terlebih pada pengaplikasian teknologi dan upaya memahami, mengevaluasi, serta memverifikasi tentang kebenaran dan isi dari informasi yang tersebar di media digital. Dalam konteks kepemiluan, literasi digital menentukan bagaimana pemilih:

  • Menilai informasi politik,
  • Penggunaan media digital dalam kampanye,
  • Perilaku pengguna dalam penyebaran informasi,
  • Memahami regulasi pemilu,
  • Membedakan fakta dan opini,
  • Tidak mudah terpengaruh informasi negatif.

Meningkatnya Kerawanan Informasi di Masa Pemilu

Masa pemilu adalah masa yang cukup rawan penyebaran informasi negatif. Faktor pemicunya antara lain:

  • Persaingan politik yang tinggi,
  • Penggunaan akun anonim sebagai sarana memecah belah pandangan publik,
  • Kurangnya kemampuan verifikasi dan validasi informasi,
  • Algoritma media sosial yang memprioritaskan konten viral.

Ragam Informasi Negatif dalam Kepemiluan

Untuk mencegah informasi negatif, masyarakat harus dapat memahami jenis konten yang sering muncul selama pemilu.

1. Hoax dan Berita Palsu

Konten ini biasanya dirancang untuk menyesatkan pemilih. Seperti halnya:

  • Narasi palsu tentang hasil pemilu,
  • Tuduhan tanpa bukti kepada penyelenggara dan peserta pemilu,
  • Timbulnya opini yang menyudutkan pihak lain,
  • Manipulasi data terkait kecurangan pemilih.

2. Disinformasi Politik

Berbeda dari hoaks biasa, disinformasi dibuat dengan tujuan politis tertentu. Contohnya:

  • Potongan video yang disalahgunakan,
  • Foto atau peristiwa lama yang dikaitkan dengan isu baru,
  • Grafik atau statistik palsu untuk menyesatkan pemilih.

3. Ujaran Kebencian dan Provokasi

Konten yang bersifat provokatif biasanya digunakan untuk menyerang kelompok tertentu atau penyelenggara pemilu. Ujaran kebencian dapat mengganggu keamanan, kondusifitas, kerawanan peserta dan penyelenggara pemilu, menciptakan ketakutan, dan menghambat partisipasi pemilih.

Strategi Penanggulangan Informasi Negatif di Era Digital

Untuk membangun pemilu yang bermartabat, dibutuhkan langkah strategi untuk menanggulangi informasi negatif.

1. Meningkatkan Literasi Digital Masyarakat

Langkah utama adalah memberikan edukasi kepada masyarakat untuk:

  • Memeriksa sumber berita,
  • Memeriksa ketepatan data dalam informasi,
  • Merujuk pada akun resmi,
  • Menilai kredibilitas akun atau portal penyebar berita,
  • Menghindari membagikan informasi belum terverifikasi.

2. Kolaborasi dengan Media dan Komunitas

Media profesional, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas dapat menjadi mitra strategis dalam:

  • Membongkar hoax kepemiluan,
  • Melakukan investigasi terhadap informasi palsu,
  • Mengedukasi masyarakat tentang verifikasi data dan informasi yang tersebar.

3. Waspada terhadap Pola Manipulasi di Media Sosial

 Konten yang memancing emosi sering lebih mudah viral. Karena itu, penting untuk:

  • Tidak terpancing judul atau highlight berita,
  • Memeriksa tanggal postingan,
  • Mengecek komentar dan sumber informasi,
  • Menghindari akun-akun anonim penyebar isu atau opini.

Peran Pemilih dalam Menjaga Ruang Publik yang Sehat

Literasi digital adalah alat dan tameng utama dalam melawan informasi negatif tentang kepemiluan. Di tengah laju arus informasi digital, kemampuan masyarakat untuk memfilter, memahami, dan mengevaluasi informasi sangat menentukan kualitas demokrasi kedepan. Dengan kolaborasi antara pemerintah, media, penyelenggara pemilu, dan masyarakat, ruang publik yang bersih dari informasi negatif dapat tercipta, sehingga pemilu berjalan aman, damai, dan terpercaya untuk mewujudkan cita-cita besar bangsa Indonesia.

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 4 kali