Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Politik di Indonesia
Partisipasi politik merupakan salah satu tiang penyangga keberlangsungan demokrasi di Indonesia. Keterlibatan aktif masyarakat dalam berbagai kegiatan politik tentu berdampak pada meningkatnya kesadaran terhadap hak dan kewajiban warga negara. Partisipasi politik masyarakat dalam kegiatan pemilu merupakan tolak ukur seberapa jauh perhatian dan kepedulian warga negara terhadap masa depan bangsa. Akan Tetapi, partisipasi politik tidak muncul secara natural. Tentu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keterlibatan masyarakat dalam aktivitas politik dan demokrasi Indonesia.
Faktor Sosial Ekonomi
Salah satu hal yang cukup berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih cenderung sadar tentang hak dan kewajiban politiknya. Hal ini didorong oleh tingkat pemahaman dan pengetahuan politik yang akan berdampak pada kemampuan individu memahami isu dan kebijakan politik yang berdampak pada banyak orang.
Kemudian tingkat ekonomi yang baik tentu akan memudahkan akses akses terhadap informasi politik, teknologi, dan diskusi publik. Sebaliknya, masyarakat yang memiliki pendidikan rendah atau kondisi ekonomi kurang baik stabil maka mempunyai kecenderungan partisipasi politik yang lebih rendah pula, hal ini dikarenakan oleh keterbatasan akses informasi dan hambatan mobilitas.
Faktor Pendidikan dan Literasi Politik
Pendidiakan dan literasi politik teramat penting untuk membangunn masyarakat yang aktif dan memiliki partisipasi poluitik. Melalui kemampuan literasi politik yang baik, maka pemilih dapat memahami proses demokrasi dan ikut serta dalam berbagai kegiatan politik, seperti pemilu atau diskusi publik.
Pendidikan dari sekolah, universitas, dan organisasi masyarakat sipil secara formal maupun non formal berandil besar dalam meningkatkan pemahaman politik, terutama bagi generasi muda. Tingkat literasi dan pendidikan politik yang baik tentu dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dan menjadi pemilih yang rasional.
Faktor Psikologis dan Motivasi Pribadi
Faktor motivasi pribadi dapat berwujud rasa tanggung jawab moral, harapan terhadap perubahan, hingga idealisme dan prinsip, nyata dapat mempengaruhi partisipasi politik. Masyarakat yang merasa suara dalam pemilu penting cenderung lebih aktif terlibat dalam pemilu. Namun sebaliknya, rasa tidak percaya diri, apatisme, serta pandangan bahwa politik ranah kotor dan tidak berdampak terhadap pribadi membuat seseorang tidak terlibat aktif.
Faktor Kepercayaan terhadap Pemerintah dan Penyelenggara Pemilu
Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga negara, partai politik, dan penyelenggara pemilu tentu berpengaruh besar pada partisipasi politik. Pemilu yang berjalan dengan transparan, jujur, dan adil akan meningkatkan motivasi masyarakat untuk menggunakan hak pilih. Masyarakat akan terdorong untuk terlibat aktif dalam berbagai tahapan kepemiluan.
Akan Tetapi, bila masyarakat menemukan proses politik penuh manipulasi atau tidak berpihak pada kepentingan rakyat, keinginan untuk berpartisipasi akan menurun serta legitimasi kekuasaan akan hilang.
Faktor Akses Informasi dan Perkembangan Teknologi
Kemudahan terhadap akses informasi politik menjadi salah satu faktor kunci. Dunia yang serba digital, penggunaan media sosial, portal berita online, dan platform media memberikan ruang bagi masyarakat untuk memahami perkembangan situasi politik dengan cepat.
Namun, ada potensi yang harus diantisipasi dengan derasnya arus informasi. Tantangan kedepan berupa hoaks dan disinformasi dapat mengaburkan fakta dan menimbulkan kegaduhan di dalam masyarakat. informasi yang cenderung memecah belah masyarakat tentu akan menurunkan tingkat partisipasi politik yang ada.
Faktor Budaya Politik
Budaya politik berperan dalam membentuk cara pandang masyarakat terhadap politik. Dalam budaya politik partisipatif, masyarakat akan terbuka dalam diskusi publik dan memberikan pengawasan atas penyelenggaran pemerintahan. Budaya politik ini akan cenderung meningkatkan partisipasi politik yang lebih tinggi. Namun sebaliknya, budaya politik yang pasif akan berdampak pada pola masyarakat lebih apatis dan menyerahkan urusan politik kepada elite atau pemerintah tanpa keterlibatan langsung.