Kisah Dibalik Kongres Sumpah Pemuda : Ketika Para Pemuda Berkumpul Untuk Masa Depan Bangsa Indonesia
Setelah berabad-abad bangsa Indonesia terjajah, rakyat Indonesia mulai sadar atas perlawanan yang harus dilakukan terhadap para penjajah dengan cara yang lebih terorganisir. Kesadaran ini memprakarsai gerakan yang dimulai dari lahirnya organisasi Budi Utomo (1908), organisasi modern pertama yang memulai perjuangan yang berlandaskan pendidikan dan persatuan. Akan tetapi, semangat perjuangan pada saat itu belum mengarah pada satu tujuan nasional yang utuh, melainkan masih bersifat kedaerahan.
Para Pemuda bangsa Indonesia mulai sadar, perpecahan tidak akan memberikan solusi tetapi hanya menguntungkan bagi para penjajah saja. Dari kesadaran itu mulai lahirnya organisasi-organisasi seperti PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia), Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, dan Jong Celebes. Organisasi-organisasi inilah yang dikemudian hari akan menjadi penggagas Kongres Pemuda.
Kongres Pemuda bukan hanya ajang pertemuan biasa, melainkan titik balik kesadaran nasional ketika para pemuda dari berbagai daerah mengesampingkan perbedaan suku, agama, dan bahasa demi satu tujuan Indonesia merdeka dan bersatu. Dalam pertemuan ini lahirlah sebuah ikrar suci yang menyatukan seluruh anak bangsa.
Kongres Pemuda I : Langkah Awal Menuju Persatuan
Para pemuda dari berbagai daerah di Indonesia telah melaksanakan Kongres Pemuda I pada tanggal 30 April – 2 Mei 1926 yang berlokasi di Jakarta. Pertemuan ini mendiskusikan tentang pentingnya kerjasama antar organisasi pemuda untuk memperkuat rasa kebangsaan.
Pada pertemuan ini belum dapat menghasilkan keputusan besar, tetapi pada Kongres Pemuda I ini telah berhasil membuka jalan untuk terbentuknya ikatan batin diantara pemuda dari berbagai daerah di Indonesia. Dari sinilah muncul pemikiran untuk mengadakan kongres kedua dengan tujuan yang lebih jelas yaitu menyatukan semangat para pemuda dalam satu tujuan kebangsaan.
Kongres Pemuda II : Awal Lahirnya Sumpah Pemuda
Pada dua tahun kemudian, lebih tepatnya pada tanggal 27-28 Oktober 1928, para pemuda berkumpul di Batavia (sekarang Jakarta) untuk mengadakan Kongres Pemuda II. Pertemuan ini diselenggarakan oleh PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang dipimpin oleh Soegondo Djojopoespito.
Pertemuan ini dilangsungkan pada tiga tempat yang berbeda :
- Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (Lapangan Banteng) – Pada lokasi ini diberlangsungkan pembukaan kongres dan pidato awal.
- Gedung Oost Java Bioscoop (Jl. Medan Merdeka Timur) – Pada lokasi ini diberlangsungkan sesi diskusi organisasi dan kebudayaan.
- Gedung Indonesische Clubhuis Kramat No. 106 – Pada lokasi ini diberlangsungkan penutupan kongres sekaligus pembacaan teks Sumpah Pemuda.
Pada momen inilah semangat persatuan para pemuda benar-benar mencapai puncaknya. Para pemuda dari berbagai macam latar belakang hadir dengan satu cita-cita yang sama : menyatukan bangsa Indonesia
Tokoh-tokoh Dibalik Lahirnya Sumpah Pemuda
- Soegondo Djojopoespito – Memiliki peran sebagai ketua sekaligus perwalikan dari organisasi PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang telah berhasil memimpin jalannya rapat secara bijaksana.
- R.M. Djoko Marsaid – Memiliki peran sebagai wakil ketua sekaligus perwakilan dari organisasi Jong Java yang mampu menyatukan perbedaan pandangan dan pendapat antar organisasi pemuda yang hadir pada Kongres Pemuda II.
- Suhatno – Memiliki peran sebagai sekretaris yang harus memastikan seluruh proses kongres dan pendokumentasian berjalan dengan baik
- W.R. Supratman – Pencipta lagu Indonesia Raya yang pertama kali diperdengarkan dengan biola pada penutupan kongres dan kelak akan menjadi lagu kebangsaan Indonesia.
- Mohammad Yamin – Perwakilan dari organisasi Jong Sumatranen Bond yang menggagas ide “satu nusa, satu bangsa, satu bahasa” dan juga sebagai tokoh yang berperan dalam perumusan naskah Sumpah Pemuda.
- Amir Sjarifuddin Harahap, Johanes Leimena, Kartini Kartaradjasa, Amir Husin – Para tokoh dari berbagai organisasi pemuda yang ikut menyatukan suara dan pandangan pada kongres.
Kehadiran mereka sebagai bukti bahwa semangat nasionalisme tidak tercipta hanya dari satu daerah saja, tetapi dari seluruh daerah di nusantara.
Perdebatan dan Semangat Pada Ruang Kongres
Keadaan kongres pada saat itu sangat hidup. Banyak perdebatan yang muncul dari para peserta kongres, terutama tentang penggunaan bahasa Indonesia untuk dijadikan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Beberapa peserta pada awalnya menilai bahwa bahasa Melayu tidak bisa mewakili semua daerah, tetapi setelah berdiskusi panjang, akhirnya terjadi kesepakatan bahwa bahasa Melayu, yang kini dikenal dengan bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling netral dan dapat diterima oleh semua pihak.
Pada situasi inilah terlihat kedewasaan para pemuda pada kala itu. Mereka rela mengesampingkan ego kedaerahan demi satu tujuan bersama.
Disamping itu, Mohammad Yamin juga mengemukakan pidatonya yang menggerakan kesadaran para pemuda betapa pentingnya persatuan :
“Kalau pemuda sudah berani bersatu, maka tidak ada kekuatan yang bisa menghentikan langkah bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.”
Pidato yang dikemukakan oleh Mohammad Yamin itu menjadi pendorong semangat bagi para pemuda pada kongres itu.
Pembacaan Sumpah Pemuda dan Berkumandangnya Lagu Indonesia Raya
Pada malam tanggal 28 Oktober 1928, berlokasi di Gedung Kramat Raya 106, Soegondo Djojopoespito dan Mohammad Yamin, dihadapan seluruh peserta membacakan teks Sumpah Pemuda dengan penuh khidmat.
Isi ikrar yang dibacakan sangat singkat tetapi penuh makna yang mendalam :
- Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
- Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
- Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Selepas ikrar selesai dibacakan, suasana kongres menjadi sunyi. Seluruh peserta tersadar bahwa mereka telah menciptakan sejarah besar bagi bangsa Indonesia.
Tidak lama setelah itu, W.R. Supratman mengumandangkan lagi Indonesia Raya dengan biolanya. Suara lembut lagu tersebut berkumandang diruangan dan meneteskan air mata dengan penuh keharuan pada seluruh peserta kongres.
Peristiwa ini menjadi simbol kebangkitan nasional yang sesungguhnya.
Warisan Semangat Pemuda Untuk Generasi Saat Ini
Kongres Sumpah Pemuda bukan hanya bagian dari masa lalu, namun juga sebagai cerminan bagi generasi saat ini. Ditengah perkembangan zaman, semangat persatuan dan cinta tanah air harus tetap terjaga.
Generasi muda pada saat ini dapat mencontoh para tokoh sumpah pemuda dengan cara :
- Menjadi penggagas dalam menjaga kerukunan dan toleransi.
- Menggunakan media sosial untuk kegiatan yang bermanfaat dan positif dalam menyebarkan semangat kebangsaan.
- Berperan aktif dalam membangun bangsa melalui pendidikan, inovasi, dan kreatifitas.
Karena sesungguhnya, semangat sumpah pemuda tidak akan pernah padam hanya saja menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Kisah dibalik Kongres Sumpah Pemuda adalah kisah tentang keberanian, kebersamaan, dan pengorbanan. Para pemuda pada tahun 1928 telah membuktikan bahwa masa depan bangsa Indonesia ditentukan oleh semangat generasi bangsa Indonesia itu sendiri.
Mereka mungkin tidak membopong senjata, namun gagasan dan tekad mereka menjadi senjata paling ampuh untuk melawan para penjajah. Sekarang, tugas kita sebagai generasi penerus adalah menjaga semangat para pemuda masa lalu agar tetap ada dihati setiap anak bangsa.
Baca juga: Tema dan Logo Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2025: Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu